Sabtu, 12 Juli 2014

legenda Karang Tengah lebak bulus




MENGENAL DAERAH KARANG TENGAH.

LEGENDA KARANG TENGAH.

1. Nama Karang Tengah.
Berkenaan dengan nama Karang Tengah ada dua versi penjabarannya, yaitu :

a. Versi I ( pertama ) .

Karang Tengah berasal dari kata “ Pekarangan di Tengah Kampung “ yang mana zaman Belanda daerah ini  dijadikan tempat perkebunan kelapa dan kebun jeruk serta kebun kapuk ,dan ini merupakan tanah bengkok bagi pejabat setingkat Camat Belanda .
Masyarakatnya juga bercocok tanam dan bersifat agraris, inidibuktikan dengan adanya selokan air ditengah kampung . Ini merupakan salah satu upaya yang terencana  serta system irigasi untuk memenuhi kebutuhan air bagi para petani.
Untuk mengatur air maka dibuatlah sebuah bendungan  yang masyarakat mengenalnya dengan istilah “ bendungan batu” yang letaknya di perbatasan Karang Tengah, Cinere dan Pangkalan Jati, sekarang RT. 006/03.  Seorang petugas sebagai pengawas saluran dan pembagian air yang pertama adalah Bapak Kalis, yang mana jabatan itu disebut “ Mandor Air”. kemudian dilanjutkan oleh Bpk.Abdul Azis / Kontong ( Jeh ), pada dekade berikutnya diserahkan kepada Bapak Sait Amsar bin Deong dan terakhir Ramdani  (anak Pak Sait Amsar).
Dari fisik keberadaannya daerah ini tampak hijau dan indah, ada perkebunan dan pertanian, maka wajarlah kalau dikatakan Pekarangan yang Indah di tengah Kampung  kemudian disebut “ Karang Tengah

b. Versi II (ke dua).

Karang Tengah berasal dari kata “Karang ( batu Karang) yang terletak     di tengah      kampung,   Konon   ada    yang   mengatakan letaknya didekat Rawa Guru Jisan ,yaitu Jalan Taman sari II.”ada pula yang mengatakan di sudut bagian tenggara Karang Tengah di pingir kali Pasanggrahan,  yaitu gundukan batu karang yang terletak di tengah kampung dan ini merupakan pemandangan yang ganjil serta menarik perhatian orang yang melihatnya, karena jarang terjadi adanya batu karang di daerah perkampungan seperti itu, karena biasanya batu karang itu adanya di pinggir pantai atau di lautan. Keganjilan inilah kemudian dijadikan sebagai kata untuk menyebut daerah itu ( tengeran) , maka disebutlah nama daerah ini disebut “Karang Tengah”.
Dalam pembahasan ini penulis tidak mempermasalahkan mana yang benar, karena keduanya sama-sama menunjukkan keberadaan alamnya saat itu, namun secara jujur bahwa yang lebih populer adalah versi ke dua.

2. Ki Sajim.
Ki Sajim adalah nama tokoh yang mejadi legenda bagi masyarakat Karang Tengah. Konon kabarnya pada zaman dahulu ada seorang perawat kuda yang bekerja untuk Prabu Kian Santang .
            Kelebihan Ki Sajim adalah memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, dimana suatu ketika ia pernah melakukan hal yang aneh dan ajaib, yaitu ketika beliau sedang bermain layangan tiba-tiba layangannya itu oleng. Tindakan yang dilakukan untuk membenarkan layangan itu bukan menarik dan menurunkan dengan cara  digulung  benangnya,  tapi    malah Ki Sajimlah yang  naik ke atas mendatangi layangannya ( memanjatnya ) itu melalui titian benang yang ada.

Secara awam ini semata-mata merupakan pertunjukan kelebihan ilmu kanuragan dan kedigjayaan saja, tapi penulis mempunyai analisa lain, bahwa ternyata Ki Sajim termasuk orang yang cerdik dan cerdas dalam membaca situasi dan kondisi linkungan. Dimanpaatkannya kelebihan yang dimiliki    untuk    alat    spionase    saat     itu  dan  itu  untuk mengawasi situasi lingkungan yang ada sebagai media untuk meningkatkan kewaspadaan dari gejala kerawanan  dengan cara  memata-matainya melalui layangan. Kita pahami bahwa sebagai pengurus kuda kerajaan berarti juga spionase bagi kerajaan itu. Kelebihan lain yang dimiliki adalah dapat menenangkan setiap anak yang rewel .Mungkin banyak lagi kelebihan lain yang dimiliki.
Menurut legendanya letak keberadaannya ( pernah tinggal ) Ki Sajim adalah daerah Kebon Kelapa, Kebon jeruk dan Kebon Kosong  di bagian Tenggara Karang Tengah, sekarang telah menjadi Kompleks Perumahan Villa Delima dan Lebak Bulus Indah. Jejak peninggalannya tak pernah ada begitu pula keturunannya, bahkan ada pula yang mengatakan Ki Sajim adalah sosok miterius yang tak pernah lagi diketahui dimana adanya dan kemana perginya. Sebagai kenangan untuk mengabadikan nama Ki sajim maka Team Sepak Bola di Karang Tengah diberi nama “PUSAKA” Putra Sajim Karang Tengah. Sampai saat ini nama itu tetap dipertahankan.

Namun ada pendapat lain mengatakan kemungkinan beliau memiliki keturunan yang nantinya disebut Ki Banjor.  Wallohu a’lam.

3. Kisah Rawa Kecap.

Syahdan ceritanya, di zaman dahulu ada seorang pedagang kecap keliling.    Dagangan   kecap   di masyarakat

Karang Tengah zaman dahulunya dijajakannya dibawa dengan gentong yang terbuat dari kayu yang populer disebut “ Tahang” dan dipikul seperti pedagang cingcau .  Suatu ketika, karena lelahnya setelah setengah harian ia keliling sementara kecap yang dibawa belum juga laku. Kemudian sambil beristirahat ia bermaksud ingin mencuci muka guna menghilangkan rasa penat. Tiba-tiba ia terkejut setelah merasakan rasa manis air di pingir rawa yang memang bening sekali, sehingga karena penasarannya ia coba mencicipinya, dan ternyata dirasakan memang manis.
Saat itu pula ia berubah pikiran untuk berdagang air manis saja daripada menjual kecap yang belum juga laku. saat itu pula ia berniat untuk merahasiakan keistimewaan rawa tersebut, terbayanglah kalau ia akan kaya raya dari air rawa tersebut. Dengan segera ditum-pahkannya kecap yang ada ke rawa tersebut dan air rawa itu diambil untuk mengisi tahangnya itu.
Kemudian berkelilinglah ia dengan semangat, teriakannya dirubah dari “ Kecap, keca…p “ menjadi “ air manis, air mani….s “.
Saat pembeli mencicipi dagangannya itu tiba-tiba ia heran dan terkejut melihat reaksi pembeli yang merasa kecewa dan protes, karena air yang dijualnya itu tidak terasa manis. Dnan serta merta pedagang itu  mencobanya lagi, dan memang terasa manis.  Hampir terjadi percekcokan diantara mereka tentang keanehan itu, kemudian datanglah orang ke tiga ingin melerai dan menanyai duduk persoalannya, lalu iapun mencicipi air itu untuk membuktikannya.
            Orang ke tiga sependapat dengan pembeli, yaitu airnya tidak manis. Lagi lagi pedagang itu ngotot dan ia cicipi lagi . tapi pada pencicipan kedua ini rasa manisnya mulai pudar, semakin diulang ulang semakin hilang rasa manisnya. akhirnya iapun terbengong diam kemudian menepak dahinya penuh sesal dan tertawa terbahak-bahak.

Keruan saja kejadian itu mengundang heran orang yang ada. Kemudian pembeli dan orang ke tiga itu coba bertanya tentang mengapa pedagang itu tertawa.
Akhirnya pedagang itupun berceita yang sebenarnya. Bahwa ia adalah pedagang kecap, saat keliling ditengah jalan di pingir tegalan ia memakan buah “ Lemba “ ( yaitu tanaman pingir tegalan yang bila dimakan terasa agak sepat, namun bila terkena air maka lidah akan terasa manis), karena hausnya ia mampir sejenak di pingir rawa kemudian ia mencuci muka dan meminum airnya, karena kecap belum
laku juga dijual, sementara air rawa itu dirasakan manis, maka ia berniat untuk menjual air manis saja, sementara itu kecap yang ada malah ditumpahkan ke rawa. Pikirnya ia akan kaya raya dari air rawa itu, tidak tahunya malah sekedar kealfaan belaka.
Kontan orang yang mendengar cerita pedagang itu tertawa terbahak-bahak, sementara ia hanya tersipu malu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Cerita itu  kemudian tersebar ke seluruh penduduk dan terkenalah rawa yang terletak di RT.05/03 berbatasan dengan Kampung Kapuk ( dahulu terkenal dengan nama Bulak Gondang ) itu dengan nama “ Rawa Kecap “. Namun sekarang ini rawa tersebut tinggal kenangan saja , karena mulai dekade tahun 80-an sudah berubah fungsi dari areal pertanian dan persawahan menjadi Perumahan Bhumi Karang Indah.





” .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar