Minggu, 31 Agustus 2014

Sejarah Pembinaan Karang Tengah



SEJARAH PEMBINAAN KARANG TENGAH..

1. Pembinaan Kebudayaan dan Pendidikan.

Budaya masyarakat Karang Tengah kental dengan nuansa kekeluargaan dan sikap toleransi yang yang tinggi, ini tentu selama anggota masyarakatnya tetap menjaga nilai-nilai kesopanan dan tata krama yang simpatik. Rasa kegotong royongan yang tinggi merupakan modal utama untuk membina pembangunan lingkungan dan sarana ibadah / sosial dilingkungannya. 

Dalam pergaulan sehari hari sampai saat ini tidak membedakan suku, bangsa, ras atau kasta bahkan agama.

Seni budaya di Karang Tengah tumbuh subur di masa itu mulai dari Rebana Biang , Pencak Silat, sampai dengan Orkes Melayu.
Rasa fanatisme terhadap ajaran Islam ( bagi yang Muslim ) kian kuat dan berakar, sehingga boleh dikatakan masyarakat yang religius. Ini dibuktikan dengan adanya sarana ibadah yang dibangun secara swadaya serta Sekolah Madrasah Ibtidaiyah  yang didirikan  pada tahun 1964 oleh para tokoh masyarakat yang dimotori oleh Mandor Niming, guru Jisan, Madjuki MS, Syatiri MS, Abdul Rahim bin Risan, Jawahir, Gandun, Koon, Kedut, Bamin dan tokoh lainnya yang ada pada saat itu.
Ust. Achmad bin Nairan atas dukungan masyarakat diserahkan untuk mengelola bangunan sekolah Madrasah Ibtidaiyah, Nama Sekolah itu sampai saat ini masih abadi yaitu “ Nurul Huda “ yang mana tenaga pengajarnya adalah mereka yang pernah mondok di “ Pesantren Roudlotul Muta’allimin “ mampang Prapatan. Dari Sekolah Madrasah inilah kemudian lahir  tokoh agama di Karang Tengah.


Dekade tahun 70-an seiring dengan semakin pesatnya pembangunan dan kebutuhan sarana pendidikan, atas prakarsa H. Jawahir bin H. Irih yang pada saat itu merupakan pegawai Kelurahan Lebak Bulus mengusulkan kepada Pemda DKI untuk dibangunkan Sekolah Dasar. Rupanya gayung bersambut, usulan tersebut diterima dan direalisasikan. Maka berdirilah SDN 04 Inpres dan SDN 05 Pelita. Serta sarana kebutuhan lainnya berupa sarana olah Raga (Lapangan Sepak Bola) , Puskesmas berikut rumah dinas dokter, Rumah dinas Lurah dan Sasana Krida Karang Taruna.

            Manfaat sarana tersebut sangat dirasakan oleh masyarakat RW.03 khususnya dan Kelurahan Lebak Bulus pada umumnya sampai saat ini. Akses jalan menuju lokasi tersebut diats disebut Jl. Puskesmas.

2. Pembinaan Keagamaan.

a. Langgar Ki Banjor.

Ki Banjor adalah seorang putra pilihan yang hidup pada abad XVIII dan mendapat kedudukan sebagai Kepala Kampung ( pencalang ) di zamannya, yaitu jauh sebelum lahirnya kemerdekaan. Nur illahi ada pada dirinya sehingga meskipun ia terkenal dengan sebutan jawara namun ia amat gandrung membina agama Islam dalam  kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuannya, ini terbukti dengan menyediakan sarana ibadah meskipun baru berbentuk “langgar”.

Benih agama yang tumbuh dalam dirinya itu diturunkan kepada salah satu putranya yang bernama Sairun ( baca : Wan Sirun).

Letak   langar   tersebut   sekarang   sudah   menjadi   pintu   gerbang perumahan Villa Delima. dan Ki Banjor adalah “ Orang Tertua “ di Karang Tengah dengan silsilah keturunannya yang  jelas keberadaannya .

b.  Langgar Wan Sirun.

Sairun, adalah tokoh Karang Tengah yang arif dan tersohor. seperti mendiang ayahnya yaitu Ki Banjor, ia juga menjadi kepala kampung di masanya , selain terkenal sebagai jawara, ia juga gandrung dengan pembinaan agama Islam di masa itu. Kepengurusan langgar ia lanjutkan sesuai kemampuannya. maka populerlah langar itu dengan sebutan “Langgar Wan Sirun “.
Animo masyarakat di masa itu terhadap agama Islam semakin menguat, dan banyak orang yang mengaji di langgar itu.

Ditengah kebutuhannya akan tenaga pengajar , ternyata gayung bersambut, yaitu dengan munculnya generasi muda bernama Jaisan dan Nairan.

 Jaisan bin Riih dan ibunya bernama Enco. ia   banyak mem-perdalam ilmu agamanya di Kebayoran Lama ( Guru Mashud ) yang memang di masa itu masih merupakan pusat pemerintahan tingkat kecamatan, Jisan menikah dengan Fatimah.
Ibu Enco termasuk banyak jasanya  dalam usaha mengajarkan Al-Qur’an khusus kepada para perempuan saat itu.
 Adapun tempat tingal Jaisan di Karang Tengan sebelah utara ( dekat wan Sirun), sedangkan Nairan di sebelah selatan. maka kemudian kepengurusan langar diserahkan kepada jaisan, dan   dibangunlah   langgar   yang  baru  dekat
 
rumahnya itu. Kemudian terkenal dengan nama “ Langgar guru Jaisan “ yang letaknya dekat pertigaan Karang Tengah.
Jabatan kepala kampung dilanjutkan oleh Naimin bin Rian, yang kemudian kesohor dengan nama “Mandor Niming”.
Nairan   yang ayahnya  berasal   dari   wilayah   Tangerang, Banten, Ibunya bernama Nirah. Ia  banyak memperdalam ilmu agamanya di daerah Cipete dan Mampang Prapatan , menikah dengan salah seorang anak dari seorang Ulama di Cipete , bernama Fatimah yang kebetulan Guru ngaji. Maka terkenalah mereka dengan sebutan “Guru Niran dan guru Fatimah”. Anak-anak banyak mengaji Al-Qur’an dengan mereka, dari sinilah banyak melahirkan generasi muda yang menjadi tokoh Agama Islam di Karang Tengah.
Tempat tinggal Guru Nairan adalah di sebelah selatan Karang Tengah. Guru Nairan juga punya langgar dekat rumahnya.
Keberadaan mereka ( Guru Jaisan dan Guru Nairan ) ini merupakan cikal bakal pesatnya pendidikan baik pemerintahan dan keagamaan.
Hal yang menarik dari kedua tokoh tersebut di atas, bahwa dari Guru Jisan melahirkan para tokoh Pemerintahan (RW), dan dari Guru Niran melahirkan tokoh Agama.
Islam yang yang berurat berakar di Karang Tengah adalah Faham "Ahlusunnah waljamaah". hingg kini.
           
c. Langgar Guru Jaisan.

Langgar guru Jaisan merupakan  tempat pendidikan pengajian baik anak-anak maupun orang dewasa di masa itu ( sebelum merdeka ). Dari sini pula lahir tokoh-tokoh generasi muda terutama di bidang kepemerintahan.

Fungsi langgar di masa sebelum kemerdekaan disamping sebagai sarana ibadah juga dijadikan basis pertahanan dan perjuangan kemerdekaan.
Pada fase berikutnya melihat kebutuhan masyarakat akan sarana ibadah semakin meningkat, maka disepakatilah pembuatan sarana ibadah yang lebih memadai yaitu masjid, meskipun masih terbuat dari kayu.
Atas usul para tokoh masa itu kemudian masjid tersebut   dipindahkan ke tempat yang  lebih luas , meskipun sedikit terjadi silang pendapat mengenai letaknya.
 Berdasarkan musyawarah para tokoh dimasa itu letak bangunan masjid menjadi dipertengahan antara rumah Guru Jaisan dan rumah Guru Niran,yaitu di atas tanah yang diwakafkan oleh seorang tokoh yang ikhlas yaitu Nawi bin Eri (sebagaimana sedianya sekarang ).Maka di atas tanah seluas 400 m2 pada tahun 1952 dibangunlah sebuah masjid yang selanjutnya diberi nama      “ Masjid Jami’ Nurul Falah “. Pemberian nama masjid oleh Ust. Achmad Nairan  baru pada tahun 1960-an, yang sebelumnya hanya disebut dengan Masjid Karang Tengah.

d. Masjid Jami’ Nurul Falah  I th. 1952 – 1971.
Reka gambar masjid “ Nurul Falah “ Th. 1952-1971.

Masjid Nurul Falah dibangun atas kebutuhan masyarakat dan dilaksanakan secara swadaya murni.

Tidak diingkari keadaan masyarakat saat itu masih sangat perlu pembinaan pengetahuan akan agama Islam, sehingga karena keterbatasan pengetahuannya itu, masjid yang sudah berdiri megah masih sering mengulang shalat jum’atnya dengan shalat Zuhur. Maka pengurus saat itu dengan keteguhan hati harus mendatangi masyarakat dari rumah ke rumah agar mau datang shalat jum’at dan saat shalat jum’at bisa mencukupi 40 orang. Namun pada dekade tahun 60-an upaya para ulama dan tokoh tersebut sudah membuahkan hasil yang baik, dimana shalat jum’at sudah tidak perlu mengulang dengan shalat zuhur lagi, bakan memasuki era tahun 70-an kapasitas masjid sudak tidak memadai lagi, baik dari segi keadaan fisik bangunannya maupun daya tampung jamaahnya.

Pada tahun 1971 kembali para ulama dan tokoh yang ada bermusyawarah dan sepakat untuk membangun kembali masjid yang lebih memadai.
Berikut para tokoh yang terlibat langsung dalam pembangunan masjid Nurul Falah, yaitu :

Dari Unsur Tokoh Masyarakat :
- Mandor Naiming bin Ri'an.
- Koon
- Nawi bin Eri ( pewakaf tanah Masjid )
- Gandun
- Bamin
- Kedut
- Mardjuki MS.
- Mait
-Hamzah bin Deong.


Dari Unsur Tokoh Agama :
-          Guru Jisan
-          Guru Niran
-          Abd. Latif bin Nairan
-          Abd. Mu’in / Guru Ma’in  ( amil era th. 50-an )
-          Ahmad bin Nairan.
-          Abd. Wahab / Puntung ( merbot )
-          Abd. Rahim bin Risan ( Rw. 03  I Tahun 60-an )
-          H. Syatiri MS ( amil Era tahun 60-an )
-          Syarnubi  ( aktipis remaja masjid)
-          Bosih ( aktipis remaja masjid)

e. Masjid Nurul Falah II th. 1971 – 1984.


Bangunan Masjid Jami’ Nurul Falah  Th. 1971 s/d. 1984

Melihat kenyataan bahwa setelah sembilan belas tahun keberadaan masjid Jami’ Nurul Falah sudah tidak menampung jamaah jum’at dan kebetulan keadaannya sudah perlu diperbaiki karena bagian atas masjid sudah ada tanda-tanda kelapukan serta bentuk bangunan yang perlu disesuaikan dengan zaman, maka dengan semangat kebersamaan dan kegotongroyongan yang kuat  dibuatlah masjid yang baru yang lebih memadai baik daya tampung jamaahnya maupun struktur bangunannya, ini dilakukan tahun 1971.
 

Adapun mereka yang terlibat langsung dalam kepengurusan masjid ini adalah:
Dari unsurTokoh Masyarakat :
- H. Naiming
- H.Madjuki MS. Ketua RW. 03
- Nawi bin Eri ( pewakaf tanah Masjid )
- Abd. Rahim  bin Risan ( Mantan RW.03 pertama )
- H. Gandun
- H.Mait
- H. Kedut
- H.Bamin bin Nisan
- H. Syatiri MS.
- Amir bin H. Nawi
- Hamzah bin deong.
- Rohmat bin Kontong/Abd. Azis
- Seksi dana adalah Ketua RT se RW. 03.

Unsur Tokoh Agama :
-          Ahmad bin Nairan
-          Guru Jisan
-          A. Syarnubi bin Abd. Azis / Kontong / Jeh.
-          H. Mahmud H. Hafas  ( Amil )
-          H. Abdul Mu’in bin Nilan
-          Abdul Latif bin Nairan
-          Rohmain ( Amil )
-          A. Ramli, T. ( Aktipis  Remaja Masjid  )
Ust. Achmad Nairan
f. Masjid Nurul Falah III th. 1983 – Sekarang.










Bangunan Masjid Nurul Falah 1983-sekarang
 
 
Perkembangan zaman dan kemajuan keimanan masyarakat Karang Tengah telah memaksa untuk segera membangun masjid yang moderen dan daya tampung yang lebih memadai.
Namun pada fase ini, dalam musyawarah pembangunan sudah   melibatkan   tenaga   ahli   yang   professional    dibidang     bangunan yaitu dengan menghadirkan insunyur di bidang arsitektur yaitu Ir. Both Soedargo dan Ir. Taufik , yang memang termasuk warga Karang Tengah.
Namun sehubungan dengan kesibukan tugas maka akhirnya yang bisa membantu pembangunan masjid hanyalah Ir. both Soedargo sejak awal sampai saat ini.
Pada saat gambar masjid disodorkan ketika musyawaah pembangunan dilaksanakan, semua tercengang kagum tapi penuh ragu, apalagi melihat rencana biaya yang dibutuhkan sebesar +  Rp. 500.000.000,00,- (lima ratus juta Rupiah ) pada tahun 1984. sebagai perbandingan harga semen pada saat itu hanya Rp. 1.250,00.- ( Seribu dua ratus lima puluh Rupiah).

Untuk melaksanakan pembangunan ini dipercayakan kepada seorang Tokoh muda yang ulama dan ‘umara yang memang saat itu sedang “naik daun” yaitu Ahmad Syarnubi,BA. didampingi oleh Ust. Achmad Nairan  di backing H. Mardjuki MS. sebagai ketua RW. dan Jawahir sebagai Mandor saat itu serta para tokoh masyarakat meski terdapat polemik akan kemungkinan kemampuan masyarakat sehubungan rencana raksasa saat itu, akhirnya semuanya siap membantu baik moriil maupun materiil dan satu kata dalam tujuan mereka yaitu “ li i’laa’i  kalimatillah “( meninggikan kalimat Allah). Meskipun tugas yang diemban amat berat , Syarnubi amat yakin akan firman Allah SWT “ Waman yattaqillaha yaj’al lahu makhroja “( dan siapa orang yang taat kepada Allah baginya akan diberikan jalan keluar). 
Ditengah hati yang gelisah dan pasrah kepada Allah, ternyata salah seorang tokoh yaitu H. Bamin memecah kegelisahan menjadi kesejukan, yang mana beliau membantu sebesar Rp. 20.000.000,00 ( dua puluh juta Rupiah), digunakan untuk pembebasan tanah sebesar Rp. 15.000.000,00-( Lima belas juta Rupiah), sisanya Rp.5.000.000,00,-( Lima juta Rupiah) itulah yang menjadi modal awal pembangunan. Akhirnya dengan mengucap “ Bismillahi-rrohmaanirrohiim” rencana pembangunan pun dilaksanakan secara swadaya murni. Betapa tidak gelisah Syarnubi saat itu, ketika rapat panitia akan memulai pembangunan dengan rencana pembongkaran masjid lama, panitia hanya memiliki modal awal hanya + Rp. 5.000.000,00 ( Lima juta Rupiah ) saja, sedangkan untuk membuat masjid darurat diperkirakan bisa habis. Dari situlah pelaksanaan pembangunan berjalan   dan   para   tokoh    serta   masyarakat   melalui   Ketua RT.giat menyumbangkan sebagian rizkinya  bagaikan rumput yang dipersatukan , dirajut dan dipintal oleh tangan-tangan propesional penuh semangat dan diikat dengan do’a dan kejujuran, akhirnya jadilah sebuah tali pengikat yang kuat dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa , Negara dan khususnya Agama.

            Sejak awal perencanaannya seorang Ir. Both Soedargo kelihatannya sudah memutar otaknya untuk memikirkan pola dan system apa yang tepat dalam merealisasikan pembangunan masjid tersebut mengingat keadaan masyarakat yang memang secara umum bukan masyarakat elit tapi menengah ke bawah. Ini disadari benar, namun Allah punya kehendak lain, kegelisahan dan kebingungan yang membayangi berubah menjadi optimisme yang kuat, pilihan system pembangunan kubah dengan tehnik “ fero cement “ yang jelas pada saat itu diragukan dan tidak populer  menjadi pilihan dengan asumsi dan kalkulasi

system itu dapat mengikuti irama keuangan yang ada. Dengan kata lain “ semen satu zak pun pembangunan dapat terus berjalan “ . inilah pemikiran yang unik , berani dan cemerlang serta tulus penuh kesungguhan dalam pengabdian yang jarang terjadi pada orang lain, seakan ia punya keyakinan bahwa Allah pasti menolongnya karena yang akan dibangun bukan rumah pribadinya, tapi “ Rumah Allah”. Ia keluarkan daya upayanya tidak hanya membantu dengan segi tehniknya saja tapi harta bahkan waktu pun dikorbankan demi lahirnya sarana ibadah yang memadai dan menjadi kebanggaan masyarakat Karang Tengah, walau sesungguhnya saat itu ia sedang sibuk yang luar biasa di kantornya.
            Dengan landasan iman dan tawakkal ia berikhtiar dan diayunkan langkahnya seirama dengan derap langkah masyarakat Karang Tengah, ia baktikan jiwa raganya bersama-sama masyarakat yang memang penuh harap dan semangat, ahirnya pohon kebersamaan melahirkan buah yang sungguh manis terasa. Masjid Nurul Falah pun muncul disambut dengan air mata bahagia perlambang manisnya iman.

Akhirnya dengan rasa takjub dan syukur kepada Allah ternyata pada tahun 1986  bangunan utama masjid Nurul Falah dapat diselesaikan, dan diresmikan penggunaannya oleh Bapak Soedharmono SH. ( Mensekneg RI  saat itu –pen) kemudian sebagai kepedulian pemerintah atas usaha itu maka bersumber dari dana Banpres beliau menyampaikan sumbangan untuk finishing sebesar Rp. 20.000.000,00,- ( yang memang saat itu dibutuhkan untuk pembelian pintu dan jendela kaca ).
Kemudian pada tahun 1990 dilanjutkan kembali dengan membebaskan tanah dan membangun gedung tambahan berikut menara dan selesai pada tahun 1993.
Drs.KH.A.Syarnubi

Kong Puntung (marbot) dan H.Bamin -Doc. 1983
Unsur Tokoh Masyarakat.

- H.Madjuki MS. ( Wafat Th.     )
- H.Bamin bin Nisan  ( Wafat Th.   )
- H. Kedut ( Wafat Th.   )
- Djawahir  bin H. Irih
- Ir. Both Soedargo  ( Arsitek bangunan Masjid )
- H. Syatiri MS. ( Kepala tukang )
- Madih bin H. Nawi ( Wakil Kepala tukang).
- H. Omat bin H. Naiming ( Sekretaris Pebangunan )
- R. Tata Muttaqien , BA ( Wakil Sekretaris )
- Nawiri bin H. Jaisan ( Bendahara Pembangunan )
- H. Amir  bin H. Nawi ( Wakil Bedahara Pembangunan dan   Bendahara Masjid ).
- Seksi Dana adalah Ketua RT se RW. 03.

Tokoh Agama :

-          Ust. A. Syarnubi BA, bin Abd. Azis / Kontong / Jeh
-          Ust. Ahmad Nairan
-          Ust. Rohmain  ( Amil  Th. 1971   s.d.  1987 )
-          Ust. Drs. Qomaruddin
-          Chairuddin bin Hamzah ( Ketua Remaja Masjid periode th.1986 s/d 1990 ).
-          Drs. Solahuddin (Ketua remaja masjid periode th.1990 s/d. 2006 ).
Rhoma Irama dan ChairuddinKenangan Maulid Th.2014 M/1435 H

g. Kegiatan di Masjid Jami’ Nurul Falah.

Menyadari akan pentingnya fungsi masjid bagi keharmonisan hidup bermasyarakat di Karang Tengah, maka disamping sebagai sarana ibadah, juga dibentuklah organisasi pendukungnya  yaitu :


1. Sarana Kegiatan Sosial Kemasyarakatan :

  a. Dibentuknya Organisasi Penyantun Dana Kematian “ Uswatun Hasanah “ Tahun 1989 .

      Sejak berdirinya sampai sekarang susunan pengurusnya adalah:

   Ketua           :DRS.HR.Tata Muttaqin SH,MM .
   Sekretaris     : Drs. Chairuddin.
   Bendahara    : H. Didi Wiryadi.

   Yaitu organisasi yang bergerak dalam urusan pemberian santunan kepada keluarga anggota yang mendapat musibah untuk menanggulangi biaya kain kafan dan tutup lahat.

b.   Dibentuknya organisasi  Panti Asuhan  “ Kafilul Yatim"  Th. 1990  
           .
    Sejak berdirinya sampai sekarang ditunjuk sebagai pengurus adalah :

Ketua           : H. Nasuha bin H. Mait.
   Wakil Ket.    : H.Zainal Abidin bin H.Mardjuki MS.
   Sekretaris      : Drs. H. Qomaruddin.
Bendahara I : H. Ma’mun bin H. Rijin.
                 II : H. Mardjan bin H. Nawi.

Panti asuhan ini bersifat “Non Panti “ yaitu anak yatim tetap tinggal bersama orang tuanya, hanya saja rutinitas biaya pendidikannya s.d. tingkat SLA yang utama untuk ditangulangi.
Sumber  dana  diterima  dari  masyarakat  yang  peduli 

baik internal warga RW.03 maupun masyarakat umum, bahkan instansi, dengan syarat halal dan tidak mengikat.

c. Koperasi Maslahat Ummat didirikan tahun 2003.

   Dalam upaya meningkatkan ekonomi ummat, maka didirikan pula Koperasi yang diberi nama “ Maslahat Umat”.
   Adapun pengurusnya untuk periode 2003-2008 adalah:

   Ketua                 : Drs. HA.Syarnubi. bin H.Abd.Azis.
   Wakil Ketua       : Drs. HR.Tata Muttaqin SH,MM.
   Sekretaris           : Drs. Chairuddin. . bin Hamzah.
   Bendahara          : H. Didi Wiryadi.
   Jumlah anggota pertama terbentuk adalah 99 orang.
   Langkah awal usahanya adalah simpan pinjam.

d.   Pembentukan KBIH / PIH. Tahun 2004.     .

Organisasi ini langsung dilaksanakan oleh Ketua Yayasan Masjid Jami, Nurul Falah. untuk PIH susunan pengurusnya :

Ketua           : Drs. HA.Syarnubi. bin H.Abd.Azis.
Sekretaris     : Drs. Chairuddin. bin Hamzah.
Bendahara    : H. Nasuha bin H. Mait.
Yaitu Organisasi yang membidangi urusan penerimaan dan pemberangkatan calon jemaah hajji, baik warga RW. 03 maupun diluar RW.03 Karang Tengah.
Sebagai perekat ukhuwah seluruh jamaah hajji yang berangkat melalui PIH Nurul Falah dilaksanakan Pengajian Bulanan Jamaah Hajji Masjid Jami’ Nurul Falah.

e. Membentuk Pengurus Taman Pemakaman Warga (TPW ) RW.03 Karang Tengah. Tahun 2006.

   TPW adalah organisasi yang mengurusi lahan pemakaman warga RW.03 Karang Tengah, yang berstatus hukum Wakaf.
  Organisasi ini dibentuk sebagai langkah nyata pembenahan fasilitas umm di bidang pemakaman yang ada di RW. 03.
   Inti dari pembenahan ini adalah untuk mengkoordinir tata laksana kerja , penataan lahan, pemeliharaan dan tata tertib iuran / keanggotaan.
   Sebagai langhkah operasionalnya maka pengurus bersama tokoh masyarakat telah membuat sebuah Buku Tata Tertib. ( Terlampir).
   Maksud dan tujuan dibuatkan Tata Tertib pemakaman adalah untuk melindungi hak-hak warga RW. 03 serta kewajiban –kewajibannya dalam urusan pemakaman. Sehingga tidak terjadi penyalahgunaan lahan pemakaman yang ada oeleh pihak manapun.
   Susunan pengurus periode 2006-2011 adalah :
   Ketua           : Drs. Chairuddin.
   Sekretaris     : Sudjiman
   Bendahara    : H. Saipudri.
   Pengawas     : Saat bin Naih.
   Pembantu umum : H. Abd.Rahman bin Boin.
   Pegawai        : 1. Saridi
                          2. Madin bin Sailis.

3. Pembinaan Pemerintahan.

Karang Tengah resmi dibentuk Rukun warga (RW) pada era tahun 60-an, dan sebelum itu  kepala kampung masih dijabat seorang “Mandor”.

Berikut adalah Pengurus RW. yang pernah menjabat:

1. H. Abdul Rahim bin Risan Th.    s/d.  1971      pada masa ini Karang Tengah  belum terpecah dua dan jumlah RT berjumlah 8 RT, 5 RT bagian Barat dan 3 RT bagian Timur Karang Tengah.
       Susunan Pengurus RW pada periode ini penulis tidak mendapat keterangan , mengingat saat ini Ketua tersebut sudah Wafat.

2. H. Mardjuki MS. Th. 1971   s/d.1998 , pada era tahun 1990-an  RW. 03 dimekarkan menjadi RW. 03 ( Karang Tengah sebelah Barat )  dan RW. 08 ( Karang Tengah sebelah Timur ). Hal ini dipandang sudah memenuhi syarat pemekaran mengingat jumlah penduduk yang semakin padat dan jumlah RT sudah mencapai 15 , yaitu 9 RT bagian Barat dan 6 RT di bagian Timur Karang Tengah.
      Susunan Pengurus :
      Ketua                    : H. Mardjuki MS.
      Wakil Ketua          : H.A. Syarnubi.
      Sekretaris              : Edy Bosih.
      Bendahara             : Nawiri H. Jaisan.

3.   Drs.HA.Syarnubi, Th. 1998 sebagai pejabat sementara pelimpahan dari H. Mardjuki yang memang sudah uzur. Ini hanya berlangsung 17 hari, sebagai persiapan untuk dilaksanakannya pemilihan Ketua RW. periode 1998 s/d 2003.
      Sehubungan dengan sifatnya yang sementara maka pada masa pelimpahan ini tidak dibentuk susunan pengurus yang baru.


4. H. Djawahir bin H.Irih, Th. 1998 s/d. 2003.
     
      Di masa pensiunnya sebagai PNS di Kelurahan Lebak Bulus,  H. Djawahir bersedia memangku jabatan RW.03.
      Susunan Pengurus RW.03:
      Ketua                    : H. Djawahir bin H. Irih.
      Wakil Ketua          : Edy Bosih.
      Sekretaris              : Drs. H. Qomaruddin.
      Bendahara             : Nawiri bin H. Jaisan.

     Pada masa ini lahir:

a.  Dewan Kelurahan Lebak Bulus perwakilan RW. 03 untuk masa Bhakti 2001 s/d. 2006, yaitu Drs. Chairuddin bin Hamzah
b.  Forum RW.03.
      Sistem pemilihan RT/RW yang lebih demokratis yaitu dengan dibentuknya Forum RW.03 yang dipercayakan sebagai Ketua adalah Drs.HA.Syarnubi, serta dari Forum RW pula melahirkan Tata Tertib Pemilihan RT/RW.
c.   Pembangunan Pos hansip yang lebih memadai.

5. H. Munadi bin H. Sairih, Th. 2003 s/d. 2006.

      Proses pemilihan RW. 03 Periode 2003-2006 dilaksanakan secara Demokrasi dengan system perwakilan RT sebagai konstituennya, yaitu dengan ketentuan :
      a. Tiap RT memiliki suara 10 ( sepuluh ) .
      b. Dari 10 orang itu ditentukan sebagai berikut:
            1. Dari unsur Tokoh Masyarakat         : 3 orang.
            2. Dari unsur tokoh Agama                 : 2 orang.
            3. Dari unsur PKK/ Wanita                 : 1 orang.

4. Dari unsur Pemuda/Karang Taruna: 1 orang
            5. Unsur Pengurus RT                         : 3 Orang
      c. Calon RW adalah calon yang diutus oleh masing –
          masing RT dan dibatasi 1 orang /RT. Hasil dari  penyaringan.
      d. Pemilihan dilaksanakan secara langsung.

   Hasil dari pemilihan maka Seorang H. Muna  mendapat kepercayaan untuk memangku jabatan KetuaRW. Masa bakti 2003-2006.

Susunan Pengurusnya adala Sbb:
      Ketua                    : H. Munadi bin H. Sairih.
      Wakil Ketua          : Drs. A. Ramli T. bin Hamzah.
Sekretaris              : Drs. H. Qomaruddin.
Bendahara             : Nawiri bin H. Jaisan             

      Pada periode ini telah dilaksanakan :

1.Program Penataan Lingkungan Bersih dan Hijau bekerja sama dengan RT dan Dewan Kelurahan menuju perealisasian RW. kebanggaan.
2. Pemilihan Dewan Kelurahan  untuk Masa Bhakti 2006 s/d 2011. Dengan suara aklamasi maka diangkat  kembali  Drs. Chairuddin sebagai Dewan Kelurahan untuk perwakilan RW.03. selanjutnya menjadi Ketua Dewan Kelurahan periode 2006-2011.
3.Bersama Yayasan Masjid Jami’ Nurul Falah melahirkan Pengurus Taman Pemakaman Warga RW. 03 ( TPW. RW. 03 ) berikut Buku Tata Tertib Pemakaman. Adapun Yayasan Masjid Nurul Falah menunjuk Drs. Chairuddin sebagai Ketua Pelaksana Kegiatan TPW.RW.03. untuk masa Bhakti 2006 s/d. 2011. 


Pada periode ini Pos Hansip  sudah tak ada lagi karena pemilik tanah mengambilnya kembali untuk dijadikan lahan usaha.

6. Drs. HR. Tata Muttaqin SH,MM.  Periode 2007-2010.

            Seorang warga Karang Tengah yang berasal dari Ciamis ,Jawabarat, yang telah menetap di Karang Tengah sejak tahun 70-an.
            Terpilihnya H. Tata – begitu panggilan sehari-harinya- meru-pakan gambaran sikap warga Karang Tengah yang terbuka dan tidak terlalu mempermasalahkan persoalan kesukuan.
   Proses pemilihan di masa ini benar-benar dilaksanakan secara demokrasi yang utuh, yaitu setiap warga ikut menentukan calon Ketua RW, melalui pelaksanaan pemilihan Ketua RT se RW 03, adapun sebagai pelaksana pemilihan adalah Forum RW.03 yang diketuai oleh H. Djawahir bin H. Irih.
            Dalam  Program  Kerjanya , hal- hal  yang  akan  dan
   sedang dilaksanakan antara lain :
   1.   Melanjutkan program penghijauan dengan berusaha meningkatkan kerapihan dan keasrian lingkungan.
   2. Membangun Posko Terpadu di lingkungan halaman Masjid Jami’ Nurul Falah. Hal ini dilakukan demi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, baik dalam urusan administrasi maupun keamanan warganya.
   3. Meningkatkan kualitas SDM RT dan RW  terutama dalam hal administasi dan kinerja.
   4. Berupaya membentuk pengelola sampah lingkungan dengan system composting, dan nampaknya upaya ini mendapat sambutan dan dukungan dari pihak Walikotamadya Jakarta Selatan. 


   5. Pemberdayaan PKK dan Remaja/ Karang Taruna untuk dapat berperan aktif dalam pembinaan masyarakat, terutama urusan kewanitaan dan Remaja.
        
         Khusus untuk PKK pada periode ini semakin digalakkan kegiatannya.
         Sehubungan dengan kesibukan yang luar biasa dari Ibu RW yang nota bene sebagai salah seorang Dosen, maka kegiatan PKK dimandatkan penuh kepada kader lain, maka dibentuklah pengurusnya sbb:
         Ketua                 : Ibu Sany Handayani SPd.
         Wakil Ketua       : Ibu Erna Ramli.
         Sekretaris           : Ibu Fitria
         Bendahara          : Ibu Hj. Junainah.

         Adapun Karang Taruna, kepengurusannya disatukan dengan Ikatan Remaja Masjid Jami' Nurul Falah, yang menjadfi Ketua yaitu Agung.
           
4. Pembinaan lingkungan

Dalam upaya pembinaan lingkungan sejak era sebelum Kemerdekaan RI,  di Karang Tengah sudah terbentuk system kerja sama yang baik .

Pada era sebelum kemerdekaan sampai dengan tahun 70-an masyarakat Karang Tengah masih termasuk masyarakat agraris yang memang hidup dari hasil cocok tanam, ini terbukti dengan adanya system pengairan yang terletak di tengah kampung berbentuk sungai kecil yang disebut oleh masyarakat sebagai “ Solokan “ serta adanya saluran air yang mengarah ke lahan pertanian dan merupakan anak dari solokan itu yang disebut “ uangan “,     adapun    pengaturan    airnya    dilakukan    secara terkoordinir dan adanya petugas 


pengatur air yang disebut “ Mandor Air “. sedangkan untuk penanaman padi dilakukan pada setiap rawa-rawa.
Rawa-rawa yang ada di Karang Tengah s/d. th. 1970-an adalah sebagai berikut :
1. Rawa Kecap di sebelah Utara ( sekarang berubah menjadi     Perumahan Bhumi Karang Indah ) yang masa itu masih termasuk RT.005/03, kini telah berubah menjadi RT. 013/03.
2. Rawa Guru Jaisan di sebelah barat dekat Pemakaman  warga ( sekarang telah menjadi  Perumahan Villa Delima ) yang masa itu masih termasuk kawasan RT.001/03, kini telah menjadi RT. 014/03.
3. Rawa H. Ti’an  terletak di sebelah selatan berdampingan dengan Kali Pasanggrahan, namun sekarang telah berubah menjadi lahan pemancingan.
4. Rawa H.Ti’an dan Bapak Alih terletak di sebelah timur ( sekarang telah termasuk kawasan Komplek Angkatan Laut dan berubah fungsi menjadi lapangan Sepak Bola ).

Listrik masuk ke kampung Karang Tengah sekitar tahun 1975.
Jalan Karang Tengah Raya baru dikeraskan dan diaspal pada era Tahun 1980-an, sedangkan keberadaan jalan tersebut sudah ada sejak zaman sebelum merdeka.

Kemajuan zaman tidak dapat dibendung dan pesatnya pembangunan telah mempengaruhi pola pikir masyarakat, sehingga pada era tahun 1970-an adalah era peralihan besar-besaran pola hidup masyarakat dari masyarakat agraris menjadi masyarakat pedagang dan buruh. Hal ini disebabkan karena lahan pertanian telah dibebaskan untuk real estate. Kalaupun ada yang masih bercocok tanam sudah tidak pada lahan sendiri lagi, tapi di lahan milik cukong-cukong yang masih berbaik hati itu pun selama lahannya belum dibangun.


Sebagian besar peralatan dibuat sendiri oleh Bapak Risan kecuali Accordion.

Nama-Nama  Jalan  di Karang Tengah.

Di Karang Tengah ada beberapa jalan lingkungan RT yang diberi nama dengan mengambil nama orang tua yang pernah ada di lingkungan itu, yaitu ;

1. Jalan Taman Sari I ( di samping masjid Nurul Falah, kawasan RT.007 ) dan Jalan Taman sari II ( jalan menuju Taman Pemakaman Warga RW.03), kawasan RT. 002, yaitu kawasan tempat tinggalnya Kong Taman dan Kong Sari.
2. Jalan H. Nudin, yaitu kawasan RT. 005 sebelah utara tempat tinggalnya Kong H.Nudin.Sekarang letak rumah beliau di wilayah RW.08.
      Berdasarkan kritik Tokoh Masyarakat sesungguhnya pemberian nama ini tidak tepat, karena masih ada nama besar lain yang pantas dicantumkan, seperti : Kong Ju'ing.
3. Jalan. H. Misin, yaitu kawasan RT.005 sebelah selatan tempat tinggalnya Kong H. Misin.
4. Jalan Kong Risan, yaitu kawasan tempat tinggalnya kong Risan,RT. 001.

5. Pembinaan Sosial Kemasyarakatan.

Dalam upaya pembinaan sosial kemasyarakatan  di Karang Tengah RW. 03,  antara ulama dan umaro telah melakukan hubungan yang sinergi sehingga keterlibatan keduannya dalam pembinaan sudah merupakan hal yang terbiasa dan saling menopang.


Yang menarik dalam pembinaan adalah:
1.  Adanya  rasa kebersamaan antara sesama warga tanpa melihat asli maupun pendatang selama mereka membuka diri untuk dapat berkomunikasi.
2. Rasa kegotongroyongan yang tinggi dalam setiap kegiatan baik pembangunan sarana umum maupun ibadah.
3.   Masih adanya sistim “ Kondangan Rombongan “ setiap ada warga yang melaksanakan pesta / hajatan. Hal ini tampaknya penting untuk dilestarikan, karena merupakan bukti adanya paguyuban , kerukunan dan rasa solidaritas masyarakat.
4.   Adanya Perhimpunan Keluarga Betawi Karang Tengah.
5.   Adanya arisan diberbagi tempat.

6. Pembinaan Kesenian.

      a. Orkes Melayu.
      Di Era tahun 1950-an, kesenian yang pernah ada dan dilakoni oleh masyarakat / putra asli Karang Tengah adalah Group Rebana Biang yang selanjutnya mengikuti "trend" nya masa itu berubah menjadi  Orkes Melayu di bawah Gagasan sekaligus pimpinan yaitu Mardjuki MS.
Adapun personilnya :
      1. Mardjuki MS. ( Accordion)
      2. Syatiri MS.   ( Bass )
      3. Ma'ruf bin Ahmad. ( Gendang )
      4. Abdul Rahman ( Mandolin )
      5. Mahmud bin Hafas ( Markis / Vokalis )
      6. Jamhari bin Risan ( Biola)
      7. Sahid bin Saaban. (bass)
      8. Raid ( biola)
      9. Nengsih /Nenen  ( Vokalis ).
      10. Satiri H. irin ( Vokalis )
            11. Mursalih bin Karim
Berikutnya generasi baru muncul lagi pada decade tahun 1980-an yaitu  dibawah gagasan dan sekaligus Pimpinan Zainal Abidin (putra  H. Mardjuki MS-pen.) mendirikan Orkes Melayu  Cipta Ria dan berikutnya menjadi OM.Jayakarta ini bertahan hanya sampai akhir tahun 1980.

b. Seni Bela diri.
     
   Pada dekade tahun 75-an ada upaya membangkitkan pelestarian budaya  Perncak Silat dengan mengadakan iringan musik " Gendang Pencak " yang didatangkan dari daerah Cianjur yaitu Pak Kusnadi dan Pak Ayan (ayah dari Endang Kurnia ( penyanyi dan pencipta lagu dangdut – pen )  semua ini diprakarsai oleh H. Jawahir bin H. Irih. Namun upaya ini tidak berlanjut lama , dan saat ini hanya tinggal kenangan. Namun demikian diantara murid yang kelihatan diajarkan secara khusus adalah Tarjono bin H.Syatiri MS. dan Hery Ramlan bin Hamzah.
   Pada dekade tahun 1980-an, Sadurih bin Madi berusaha mengembangkan seni bela diri yang ada di Karang Tengah dengan menggabungkan antara budaya tradisional dengan seni budaya import yaitu antara silat Cimacan (yang menjadi guru adalah Sudradjat bin Hamzah- pen )  dengan kungfu ( yang menjadi guru adalah Firmansyah –pen.) dan diberi nama Perguruan Silat Moderen Jakarta (SIMOJA).
            Awal yang manis dan niat yang baik ternyata berujung menjadi sebuah hubungan yang kurang harmonis, puncaknya ketika Pemilu 1982. saat itu menimbulkan kubu yang masing-masing bertahan pada prinsip yang berbeda, pihak Cimacan ingin menonjolkan seni tradisionalnya saat pementasan, sementara pihak Kungfu justru lebih dominan dalam upaya penampilannya.
           Melihat gejala tak sehat maka akhirnya pihak Cimacan  memisahkan diri kembali kepada alurbudaya sendiri dengan mendirikan Persatuan Pencak Silat Cimacan Jakarta (PPSC JAYA) yang diketuai oleh A.Ramli T. hingga saat ini. Dengan demikian tak ada lagi pertikaian, karena keduanya sudah berjalan masing-masing.
A.Ramli T dan Chairuddin dalam aksi "Palang Pintu"